loading…
Hana Saraswati. Foto/Ravie Wardani
Bagi Hana, hal itu menjadi pelajaran berharga dalam hidupnya. Ia kini lebih dewasa dalam menyikapi perilaku orang lain tanpa membenarkan tindak perundungan itu sendiri.
“Bullying? Pasti, pasti pernah jadi korban. Cuma, balik lagi, mungkin kalau masih di taraf yang normal, bagaimana kita menyikapinya walaupun itu enggak benar sama sekali. Bullying itu enggak bagus lah, enggak ada manfaatnya juga, lebih banyak mudaratnya gitu loh,” kata Hana Saraswati di Kemang, Jakarta Selatan belum lama ini.
Baca Juga : Disindir Dimanjakan Hakim, Nikita Mirzani Serang Balik Jaksa di Persidangan
Hana sejatinya tak memahami tujuan para pelaku perundungan. Namun, ia menduga, diusia sekolah banyak siswa yang cenderung ingin mencari perhatian maupun jati diri walau dengan cara yang salah.
“Kurang ngerti juga ya dan itu masa-masa sekolah dan aku yakin masa-masa sekolah tuh mungkin mereka yang melakukan juga belum tumbuh sempurna gitu frontal lobe-nya,” ucap dia.
Saat ditanya lebih detail soal kronologi perundungan yang ia alami, Hana mengatakan, “Kayaknya untuk berbagi cerita aku enggak sanggup ya”.
Akan tetapi, Hana mengakui dukungan moral dari keluarga menjadi sumber kekuatan mental bagi para korban perundungan.
Perundungan di lingkungan sekolah adalah masalah serius yang banyak dialami oleh anak-anak dan remaja. Hana Saraswati, seorang aktris terkenal, membagikan pengalamannya yang penuh makna tentang bagaimana ia pernah menjadi korban perundungan. Kini, setelah melalui proses penyembuhan, ia mampu memaafkan dan berdamai dengan masa lalunya.
Pengalaman Hana membuka mata kita tentang dampak negatif dari perundungan. Hal ini bukan hanya masalah individu, tetapi juga menyangkut moralitas dan sikap masyarakat dalam menghadapi perundungan di kalangan anak muda. Ini adalah isu yang sangat relevan yang perlu dibahas lebih dalam.
Pentingnya Menghadapi Perundungan dengan Bijak
Perundungan seringkali dianggap remeh, tetapi efeknya dapat menghancurkan. Hana merasakan sendiri dampak perundungan ketika ia bersekolah, dan kini ia menyadari bahwa kejadian itu tidak bisa dianggap enteng. Dia menekankan bahwa perundungan tidak hanya merugikan korban, tetapi juga pelaku yang mungkin kurang memahami tindakan mereka.
Hana juga berbicara tentang perjalanan emosionalnya. Proses memaafkan pelaku perundungan tidak selalu mudah, tetapi ia percaya itu adalah langkah yang sangat diperlukan untuk pemulihan. Dengan memaafkan, Hana dapat melepaskan beban emosional yang mengganggu hidupnya.
Dalam pandangan Hana, cara kita menyikapi perilaku orang lain, termasuk perundungan, bisa menjadi cermin dari kedewasaan kita. Ia mengajak semua orang untuk memiliki empati dan memahami latar belakang pelaku perundungan, meskipun tindakannya jelas sudah salah. Ini menunjukkan bahwa kita seharusnya tidak hanya berpikir tentang diri sendiri, tetapi juga orang lain.
Menemukan Dukungan Sebagai Korban Perundungan
Dukungan dari keluarga memainkan peran penting dalam proses pemulihan korban perundungan. Hana mengakui bahwa dukungan dari orang-orang terdekatnya selalu menjadi sumber kekuatan. Ini menunjukkan bahwa lingkungan yang mendukung dapat mengubah cara seseorang menghadapi pengalaman negatif.
Sebagai korban, sering kali kita merasa sendirian dan tidak ada yang memahami rasa sakit yang dialami. Namun, dukungan emosional dari keluarga dan teman dapat memberikan harapan dan semangat. Hana menyarankan kepada siapapun yang mengalami hal serupa untuk tidak ragu meminta dukungan yang mereka perlukan.
Dalam upaya membangun kesadaran tentang perundungan, penting untuk berbagi pengalaman. Dengan berbagi cerita, kita dapat membantu orang lain yang mungkin merasa terasing. Hana berharap bahwa dengan mengungkapkan pengalamannya, ia bisa memberikan kekuatan kepada mereka yang sedang berjuang melawan perundungan.
Memahami Pelaku Perundungan dan Motivasinya
Hana menyebutkan bahwa banyak pelaku perundungan mungkin tidak memahami dampak dari tindakan mereka. Mereka sering kali bertindak dalam pencarian perhatian atau untuk menunjukkan kekuasaan. Ini menciptakan siklus yang berbahaya, di mana pelaku tidak menyadari bahwa perilaku mereka dapat menghancurkan jiwa orang lain.
Mengetahui latar belakang para pelaku juga penting untuk memahami mengapa mereka berperilaku demikian. Hana percaya bahwa banyak dari mereka adalah remaja yang masih mencari jati diri dan, sayangnya, memilih cara yang salah. Ini adalah tantangan yang perlu dihadapi oleh masyarakat untuk memberi pengertian kepada mereka agar bisa berubah.
Sikap saling memahami antara korban dan pelaku perundungan bisa menjadi jalan keluar yang konstruktif. Hana berharap masyarakat dapat mengubah cara berpikir tentang perundungan dan mendorong diskusi yang lebih terbuka tentang masalah ini. Melalui edukasi, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih positif bagi semua orang.
