Jafar Panahi Berbicara Usai Divonis Satu Tahun Penjara oleh Iran

Entertainment

Sutradara terkenal asal Iran, Jafar Panahi, baru-baru ini berbicara mengenai vonis satu tahun penjara dan larangan bepergian yang dijatuhkan oleh pemerintah Iran kepada dirinya. Kegiatan tersebut dianggap sebagai bentuk “propaganda” yang merugikan negara, dan Panahi menanggapi situasi ini dengan penuh keberanian, bahkan menyatakan rencananya untuk kembali ke Iran setelah festival film yang diikutinya.

Dalam sebuah diskusi di Festival Film Marrakech di Maroko, Panahi mengungkapkan harapannya untuk pulang setelah kampanye Oscar untuk film terbarunya, “It Was Just an Accident”. Sutradara yang telah berjuang melawan penindasan di negaranya itu merasa kuat bahwa karyanya masih memiliki relevansi di tengah tantangan yang dihadapinya.

Pernyataan Berani Jafar Panahi di Festival Film Marrakech

Panahi mengungkapkan perasaannya saat berbicara dalam bahasa Persia, dengan bantuan seorang penerjemah. Ia menegaskan bahwa ia hanya memiliki satu paspor, yaitu paspor Iran, yang ingin ia jaga dengan baik. Dalam kalimatnya, jelas terlihat kebanggaan terhadap identitas dan negara asalnya meski dalam situasi yang sulit.

Keberanian Panahi semakin terlihat ketika ia menyatakan bahwa meskipun menghadapi banyak tantangan, ia tidak memiliki keinginan untuk meninggalkan Iran dan menjadi pengungsi di tempat lain. Baginya, meskipun keadaan sulit, negara asal adalah tempat di mana ia merasa hidup dan dapat berkarya.

Dengan tegas, Panahi menyatakan, “Masalah yang dihadapi Iran saat ini hanyalah masalah sementara.” Hal ini menunjukkan optimisme dan keyakinan bahwa perubahan bisa terjadi meski dengan banyak rintangan di depan.

Sejak tahun 2010, Panahi berulang kali menghadapi penahanan dan pembatasan dalam berkarya, namun ia terus melawan dengan membuat film yang mencerminkan realitas sosial di Iran. Film-filmnya sering kali menjadi alat untuk menyampaikan kritik terhadap pemerintah dan kondisi masyarakat.

Dalam situasi terkini, pengacara Panahi, Mostafa Nili, menjelaskan bahwa vonis terbaru ini mencakup larangan bepergian dan berpartisipasi dalam aktifitas politik atau sosial. Meskipun tantangan ini berat, tim hukum Panahi bertekad untuk mengajukan banding atas keputusan tersebut.

Sejarah Panjang Perjuangan Jafar Panahi Melawan Penindasan

Pada tahun 2010, Panahi dijatuhi hukuman penjara selama enam tahun karena “propaganda melawan sistem” dan dilarang membuat film selama 20 tahun. Meskipun demikian, ia tetap kreatif dan berani melakukan inovasi dalam cara pembuatan filmnya. Salah satu karya terkenalnya, “This is Not a Film,” dibuat dengan mengirimkan flash drive yang disembunyikan dalam kue ke festival Cannes.

Film lainnya, “Taxi,” dirilis pada 2015 dan mencerminkan kehidupannya di Iran melalui sudut pandang seorang sopir taksi. Melalui karya-karya tersebut, Panahi berhasil mengeksplorasi tema kebebasan dan penindasan dengan cara yang sangat kreatif.

Kehidupan Panahi sebagai sutradara tidak hanya soal membuat film, tetapi juga soal mempertahankan keberanian menghadapi pemerintahan yang represif. Dalam protes yang dilakukan oleh sineas, ia bahkan ditangkap tetapi dibebaskan setelah tujuh bulan. Tantangan yang dihadapinya justru menguatkan semangatnya untuk menciptakan karya yang lebih berbobot dan berarti.

Baru-baru ini, Panahi berhasil meraih penghargaan Palme d’Or di Festival Film Cannes untuk film terbarunya, yang semakin menegaskan eksistensinya sebagai salah satu sutradara terpenting dalam sinema dunia hari ini. Prestasi tersebut adalah bukti bahwa dunia luar masih mengapresiasi semangat dan pesan yang ingin ia sampaikan melalui karyanya.

Film “It Was Just an Accident,” yang menceritakan tentang mantan narapidana yang berhadapan dengan penganiaya mereka, menjadikan film ini lebih dari sekadar hiburan. Karya ini menggambarkan perjuangan dan kemarahan yang dirasakan oleh mereka yang terpinggirkan di dalam masyarakat.

Pentingnya Dukungan untuk Jafar Panahi dan Seniman Lainnya

Dalam menghadapi berbagai tekanan pemerintah, Panahi tidak sendirian. Banyak seniman dan pembuat film lainnya yang juga mengalami tantangan serupa, dan penting bagi dunia internasional untuk memberi dukungan dan memperhatikan situasi mereka. Dukungan ini tidak hanya membantu Panahi, tetapi juga menyuarakan keberanian dalam dunia seni yang tengah diujicoba oleh otoritas.

Film dan seni memiliki kekuatan untuk menciptakan kesadaran dan mendorong perubahan, dan keberadaan seniman seperti Panahi adalah individu yang berani memperjuangkan nilai-nilai tersebut. Melalui karya-karya yang kuat, mereka bisa menyoroti realita kehidupan yang seringkali terabaikan oleh media mainstream.

Keberanian Panahi untuk berbicara dan berkarya meski terancam kehilangan kebebasannya memberikan inspirasi bagi banyak orang. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, suara-suara seperti Panahi adalah pengingat bahwa seni bisa menjadi alat pembebasan dan perubahan.

Dari festival film hingga diskusi publik, penting untuk melibatkan masyarakat dalam dialog tentang seni dan kebebasan berpendapat. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk mendukung mereka yang berjuang untuk kebebasan berekspresi, terutama di negara-negara yang mengalami penindasan.

Melihat perjalanan Panahi yang penuh liku-liku, kita diingatkan bahwa seni tidak hanya sekadar karya; ia adalah pernyataan dari keberadaan, perjuangan, dan harapan. Seniman seperti Panahi membuktikan bahwa meski dalam keadaan terburuk, semangat manusia untuk berkarya tidak akan pernah padam.