Tasya Farasya dan Ahmad Assegaf Sepakat Hak Asuh Tanpa Rujuk

Entertainment

Tasya Farasya dan Ahmad Assegaf kini tengah menghadapi situasi yang rumit dalam hubungan mereka. Proses mediasi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada 8 Oktober baru-baru ini menunjukkan bahwa keduanya sepakat untuk tidak rujuk, dan lebih memilih untuk melanjutkan proses perceraian.

Dalam pertemuan itu, kuasa hukum Tasya, Sangun Ragahdo, menyatakan bahwa tidak ada kesepakatan untuk memperbaiki hubungan mereka. Meski demikian, ia enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya.

Selain masalah perceraian, ada juga perhatian terkait hak asuh anak. Kedua belah pihak sepakat untuk bersama dalam mengurus hak asuh dua anak mereka. Meskipun demikian, permasalahan pokok terkait perceraian masih belum selesai, sehingga proses ini berlanjut ke tahap berikutnya.

Penggugat dan Alasan Perceraian yang Kompleks

Tasya Farasya menggugat cerai Ahmad Assegaf pada 12 September 2025. Sidang perdana diselenggarakan pada 24 September, di mana Tasya menceritakan perjuangannya yang sulit dalam menjalani masa-masa ini. Dia bahkan mengungkapkan bahwa dia harus menjalani terapi karena mengalami kesulitan tidur.

Dia mengharapkan dukungan dan doa dari penggemarnya sebagai bentuk penguatan di tengah situasi yang menegangkan ini. Ragahdo, sebagai kuasa hukum, menjelaskan bahwa alasan di balik gugatan cerai tersebut adalah akibat dari perselisihan yang berkepanjangan.

Menurut Ragahdo, kepercayaan yang selama ini diberikan oleh Tasya telah dikhianati, yang menjadi titik balik pengambilan keputusan untuk bercerai. Dengan pernyataan tersebut, sangat jelas bahwa ini bukan hanya sekedar masalah pribadi, tetapi juga melibatkan aspek kepercayaan yang sangat mendalam.

Persoalan Finansial yang Menghantui

Selain isu kepercayaan, ada pula dugaan penggelapan yang menambah rumit situasi. Kajian dari tim kuasa hukum Tasya menunjukkan bahwa ada kemungkinan beralasan bahwa Ahmad terlibat dalam tindakan pencurian yang melibatkan uang dalam jumlah yang sangat signifikan.

Ragahdo menjelaskan bahwa meskipun nominal uang yang terlibat bisa saja besar, intinya adalah tentang rasa sakit hati dan keterkhianatan yang dialami Tasya. Kekecewaan ini menjadi penggerak utama di balik keputusan Tasya untuk menggugat cerai.

Penting untuk dicatat bahwa nilai materi bukanlah satu-satunya faktor penentu. Bagi Tasya, ini lebih kepada perasaan yang mendalam terhadap kepercayaan dan komitmen dalam hubungan. Hal ini menjadikan isu ini lebih rumit daripada sekadar angka di atas kertas.

Proses Hukum dan Hak Asuh Anak

Proses hukum menjadi fokus utama saat ini, terutama terkait dengan hak asuh anak. Sangun Ragahdo mengungkapkan bahwa meskipun Tasya dan Ahmad sepakat terkait pengasuhan anak, hal ini tidak menghilangkan semua masalah yang ada di antara mereka.

Dalam kerangka hukum, Tasya menuntut nafkah kepada Ahmad, dengan permohonan yang terbilang unik, yakni sebesar Rp100 perak. Ini menunjukkan betapa rumitnya dinamika di antara mereka, di mana angka nominal bisa saja bukanlah inti dari permasalahan.

Kedua anak yang mereka miliki kini menjadi titik tengah dalam proses perceraian yang menyakitkan ini. Meskipun ada banyak masalah yang harus dihadapi, keduanya berusaha untuk tetap memikirkan kepentingan anak-anak mereka di tengah ketidakpastian yang dihadapi orangtua mereka.

Perjalanan Bersama yang Hingga Kini Dimulai

Tasya dan Ahmad memulai perjalanan hidup mereka bersama pada Februari 2018, dan sudah tujuh tahun berlalu sejak saat itu. Dalam waktu yang singkat namun penuh dinamika ini, mereka dikaruniai dua orang anak yang kini menjadi tanggung jawab bersama.

Setiap hubungan pasti memiliki pasang surut, dan perjalanan mereka tidak terkecuali. Namun, persoalan yang muncul kini mengajak mereka untuk merefleksikan kembali hubungan yang telah dibangun.

Banyak yang berharap agar pasangan ini dapat menemukan resolusi yang baik, baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk anak-anak mereka. Proses mediasi yang berjalan saat ini menjadi langkah awal dalam pencarian jalan keluar dari konflik yang ada.